Pengertian Konflik
Menurut kamus besar bahasa Indonesia
konflik adalah percekcokkan, perselisihan, pertentangan. Konflik berasal dari
kata kerja bahasa latin yaitu configure yang berarti saling memukul. Secara
Sosiologis konflik diartikan sebagai proses social antara dua orang atau lebih
(bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain
dengan menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya.
Beberapa
Faktor Penyebab Konflik
1. Perbedaan individu yang didasari oleh
perbedaan pendirian dan perbedaan perasaan.
Setiap manusia memiliki pendirian dan
perasaan yang berbeda-beda, sehingga dalam menilai sesuatu tentu memiliki
penilaian yang berbeda-beda. Misalnya masyarakat menilai kebijakan pemerintah
mengenai menaikkan harga BBM karena harga bahan mentah naik. Tentu setiap
masyarakat akan menilai dengan pemikirannya masing-masing yang mungkin secara
umum terbagi menjadi kelompok yang pro dan kontra.
2. Perbedaan kebudayaan sehingga membentuk
pribadi yang berbeda
Orang dari kebudayaan yang berbeda, misalnya orang jawa dengan orang
papua yang memiliki budaya berbeda, jelas akan membedakan pola pikir dan
kepribadian yang berbeda pula. Jika hal ini tak ada suatu hal yang dapat
mempersatukan, akan berakibat timbulnya konflik.
3. Perbedaan kepentingan antara individu
atau kelompok
Manusia merupakan mahkluk yang unik
karena satu dengan yang lain relative berbeda. Berbeda pendirian, pemikiran,
perilaku, kebiasaan, dsb. Dari perbedaan itu tentu timbul perbedaan kepentingan
yang latar belakangnya juga berbeda. Misalnya mengenai masalah pemanfaatan
hutan. Para pecinta alam menganggap hutan sebagai bagian dari lingkungan hidup
manusia dan habitat dari flora dan fauna. Sedangkan bagi para petani hutan
dapat menghambat tumbuhnya jumlah areal
persawahan atau perkebunan. Bagi para pengusaha kayu tentu ini menjadi
komoditas yang menguntungkan. Dari kasus ini ada pihak – pihak yang memiliki
kepentingan yang saling bertentangan, sehingga dapat berakibat timbulnya
konflik.
4. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan
mendadak dalam masyarakat
Perubahan merupakan suatu hal yang wajar
didalam kehidupan bermasyarakat. Tetapi perubahan yang sangat cepat akan memicu
timbulnya konflik. Misalnya masyarakat pedesaan yang secara umum mata pencariannya
bertani yang hidupnya bergotong-royong dengan jadwal waktu yang relative tidak
mengikat, kemudian tumbuh suatu industry dengan waktu yang relative cepat
dengan kebiasaan cenderung individualis, disiplin kerja dan waktu kerja
ditentukan, yang secara umum mengubah nilai-nilai masyarakat desa tadi, tentu akan menimbulkan konflik berupa penolakan
diadakannya industry di wilayah itu.
Sedangkan menurut James A.F. Stoner dan
Charles Wankel jenis-jenis konflik
terbagi atas :
a) Konflik intrapersonal.
Konflik intrapersonal adalah konflik
seseorang dengan dirinya sendiri. Konflik ini terjadi pada saat yang bersamaan
memiliki dua keinginan yang tidak mungkin dipenuhi sekaligus.
b) Konflik interpersonal.
Konflik ini adalah konflik seseorang
dengan orang lainnya karena memiliki perbedaan keinginan dan tujuan.
c) Konflik antar individu-individu dan
kelompok-kelompok.
Hal ini sering kali berhubungan dengan cara individu
menghadapi tekanan-tekanan untuk mencapai konformitas yang ditekankan pada
kelompok kerja mereka . Sebagai contoh seorang individu dapat dikenai hukuman
karena tidak memenuhi norma-norma yang ada.
d) Konflik interorganisasi.
Konflik antar grup dalam suatu
organisasi adalah suatu yang biasa terjadi, yang tentu menimbulkan kesulitan
dalam koordinasi dan integrasi dalam kegiatan yang menyangkut tugas-tugas dan
pekerjaan. Karena hal ini tak selalu bisa dihindari maka perlu adanya
pengaturan agar kolaborasi tetap terjaga dan menghindari disfungsional.
Strategi
penyelesaian Konflik
Mengatasi konflik antara pihak-pihak
yang bertikai tergantung pada kemauan pihak-pihak yang berkonflik untuk
menyelesaikan masalah. Selain itu juga peran aktif dari pihak luar yang
menginginkan redanya konflik. Berikut adalah cara-cara untuk mengatasi konflik
yang telah terjadi.
A. Rujuk
merupakan usaha pendekatan demi
terjalinnya hubungan kerjasama yang lebih baik demi kepentingan bersama pula.
B. Persuasi
mengubah posisi pihak lain, dengan
menunjukan kerugian yang mungkin timbul, dan bukti factual serta dengan
menunjukkan bahwa usul kita menguntungkan dan konsisten dengan norma dan
standar keadilan yang berlaku.
C. Tawar-menawar
Suatu penyelesaian yang dapat diterima
oleh kedua belah pihak dengan mempertukarkan kesepakatan yang dapat diterima.
D. Pemecahan masalah terpadu
Usaha pemecahan masalah dengan memadukan
kebutuhan kedua belah pihak. Proses pertukaran informasi, fakta, perasaan, dan
kebutuhan berlangsung secara terbuka dan jujur. Menimbulkan rasa saling percaya
dengan merumuskan alternative pemecahan secara bersama dengan keuntungan yang
berimbang bagi kedua pihak.
E. Penarikan diri
Cara menyelesaikan masalah dengan cara
salah satu pihak yang bertikai menarik diri dari hubungan dengan pihak lawan
konflik. Penyelesaian ini sangat efisien bila pihak-pihak yang bertikai tidak
ada hubungan. Bila pihak-pihak yang bertikai saling berhubungan dan melengkapi
satu sama lain, tentu cara ini tidak dapat dilakukan untuk menyelesaikan
konflik.
F. Pemaksaan dan penekanan
Cara menyelesaikan konflik dengan cara
memaksa pihak lain untuk menyerah. Cara ini dapat dilakukan apabila pihak yang
berkonflik memiliki wewenang yang lebih
tinggi dari pihak lainnya. Tetapi bila tidak begitu cara-cara seperti intimidasi,
ancaman, dsb yang akan dilakukan dan tentu pihak yang lain akan mengalah secara
terpaksa.
Pengertian Motivasi
·
Motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang
yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. (Mr.
Donald : 1950).
·
Motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi
perbuatan / tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan / keadaan
dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat
sesuatu dalam mencapai tujuan. (Drs. Moh. Uzer Usman : 2000)
·
Motivasi adalah kekuatan tersembunyi di dalam diri kita yang mendorong
kita untuk berkelakuan dan bertindak dengan cara yang khas (Davies, Ivor K :
1986)
·
Motivasi adalah usaha – usaha untuk menyediakan kondisi – kondisi
sehingga anak itu mau melakukan sesuatu (Prof. Drs. Nasution : 1995)
Berdasarkan pengertian di atas, maka
motivasi merupakan respon pegawai terhadap sejumlah pernyataan mengenai
keseluruhan usaha yang timbul dari dalam diri pegawai agar tumbuh dorongan
untuk bekerja dan tujuan yang dikehendaki oleh pegawai tercapai.
Teori-Teori Motivasi
Secara garis besar, teori motivasi
dikelompokkan ke dalam tiga kelompok yaitu teori motivasi dengan pendekatan
isi/kepuasan (content theory), teori motivasi dengan pendekatan proses (process
theory) dan teori motivasi dengan pendekatan penguat (reinforcement
theory).Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat
menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan suatu
kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi
intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik).
Seberapa kuat motivasi yang dimiliki
individu akan banyak menentukan terhadap kualitas perilaku yang ditampilkannya,
baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam kehidupan lainnya.. Kajian
tentang motivasi telah sejak lama memiliki daya tarik tersendiri bagi kalangan
pendidik, manajer, dan peneliti, terutama dikaitkan dengan kepentingan upaya
pencapaian kinerja (prestasi) seseorang. Dalam konteks studi psikologi, Abin
Syamsuddin Makmun (2003) mengemukakan bahwa untuk memahami motivasi individu
dapat dilihat dari beberapa indikator, diantaranya:
1.
Durasi kegiatan
2.
Frekuensi kegiatan
3.
Persistensi pada kegiatan
4.
Ketabahan, keuletan dan kemampuan dalam mengahadapi rintangan dan
kesulitan;
5.
Devosi dan pengorbanan untuk mencapai tujuan
6.
Tingkat aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan
7.
Tingkat kualifikasi prestasi atau produk (out put) yang dicapai dari
kegiatan yang dilakukan
8.
Arah sikap terhadap sasaran kegiatan
Untuk memahami tentang motivasi, kita
akan bertemu dengan beberapa teori tentang motivasi, antara lain :
·
Teori Hierarki Kebutuhan Maslow
Kebutuhan dapat didefinisikan sebagai
suatu kesenjangan atau pertentangan yang dialami antara satu kenyataan dengan
dorongan yang ada dalam diri. Apabila pegawai kebutuhannya tidak terpenuhi maka
pegawai tersebut akan menunjukkan perilaku kecewa. Sebaliknya, jika
kebutuhannya terpenuhi amak pegawai tersebut akan memperlihatkan perilaku yang
gembira sebagai manifestasi dari rasa puasnya.
Kebutuhan merupakan fundamen yang
mendasari perilaku pegawai. Karena tidak mungkin memahami perilaku tanpa
mengerti kebutuhannya.
Abraham Maslow (Mangkunegara, 2005)
mengemukakan bahwa hierarki kebutuhan manusia adalah sebagai berikut :
1.
Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan untuk makan, minum, perlindungan
fisik, bernapas, seksual. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan tingkat terendah
atau disebut pula sebagai kebutuhan yang paling dasar
2.
Kebutuhan rasa aman, yaitu kebutuhan akan perlindungan diri dari
ancaman, bahaya, pertentangan, dan lingkungan hidup
3.
Kebutuhan untuk rasa memiliki (sosial), yaitu kebutuhan untuk diterima
oleh kelompok, berafiliasi, berinteraksi, dan kebutuhan untuk mencintai serta
dicintai
4.
Kebutuhan akan harga diri, yaitu kebutuhan untuk dihormati dan dihargai
oleh orang lain
5.
Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri, yaitu kebutuhan untuk
menggunakan kemampuan, skill dan potensi. Kebutuhan untuk berpendapat dengan
mengemukakan ide-ide, gagasan dan kritik terhadap sesuatu
·
Teori Keadilan
Keadilan merupakan daya penggerak yang
memotivasi semangat kerja seseorang,
jadi perusahaan harus bertindak adil terhadap setiap karyawannya. Penilaian dan
pengakuan mengenai perilaku karyawan harus dilakukan secara obyektif. Teori ini
melihat perbandingan seseorang dengan orang lain sebagai referensi berdasarkan
input dan juga hasil atau kontribusi masing-masing karyawan (Robbins, 2007).
·
Teori X dan Y
Douglas McGregor mengemukakan pandangan
nyata mengenai manusia. Pandangan pertama pada dasarnya negative disebut teori
X, dan yang kedua pada dasarnya positif disebut teori Y (Robbins, 2007).
McGregor menyimpulkan bahwa pandangan manajer mengenai sifat manusia
didasarkan atas beberapa kelompok asumsi tertentu dan bahwa mereka cenderung
membentuk perilaku mereka terhadap karyawan berdasarkan asumsi-asumsi tersebut.Ciri-ciri orang yang termasuk teori x yaitu rajin,inisiatif sendiri tanpa paksaan,mau maju sedangkan untuk teori y kebalikan dari teori x.
·
Teori dua Faktor Herzberg
Teori ini dikemukakan oleh Frederick
Herzberg dengan asumsi bahwa hubungan seorang individu dengan pekerjaan adalah
mendasar dan bahwa sikap individu terhadap pekerjaan bias sangat baik
menentukan keberhasilan atau kegagalan. (Robbins, 2007).
Herzberg memandang bahwa kepuasan kerja
berasal dari keberadaan motivator intrinsik dan bawa ketidakpuasan kerja
berasal dari ketidakberadaan
faktor-faktor ekstrinsik. Faktor-faktor ekstrinsik (konteks pekerjaan) meliputi
:
1.
Upah
2.
Kondisi kerja
3.
Keamanan kerja
4.
Status
5.
Prosedur perusahaan
6.
Mutu penyeliaan
7.
Mutu hubungan interpersonal antar sesama rekan kerja, atasan, dan
bawahan
Keberadaan kondisi-kondisi ini terhadap
kepuasan karyawan tidak selalu memotivasi mereka. Tetapi ketidakberadaannya
menyebabkan ketidakpuasan bagi karyawan, karena mereka perlu mempertahankan
setidaknya suatu tingkat ”tidak ada kepuasan”, kondisi ekstrinsik disebut
ketidakpuasan,atau faktor hygiene. Faktor Intrinsik meliputi :
1.
Pencapaian prestasi
2.
Pengakuan
3.
Tanggung Jawab
4.
Kemajuan
5.
Pekerjaan itu sendiri
6.
Kemungkinan berkembang.
Tidak adanya kondisi-kondisi ini bukan
berarti membuktikan kondisi sangat tidak puas. Tetapi jika ada, akan membentuk
motivasi yang kuat yang menghasilkan prestasi kerja yang baik. Oleh karena itu,
faktor ekstrinsik tersebut disebut sebagai pemuas atau motivator.
·
Teori Kebutuhan McClelland
Teori kebutuhan McClelland dikemukakan
oleh David McClelland dan kawan-kawannya. Teori ini berfokus pada tiga
kebutuhan, yaitu (Robbins, 2007) :
a.
Kebutuhan pencapaian (need for achievement) : Dorongan untuk berprestasi
dan mengungguli, mencapai standar-standar, dan berusaha keras untuk berhasil.
b.
Kebutuhan akan kekuatan (need for pewer) : kebutuhan untuk membuat orang
lain berperilaku sedemikian rupa sehingga mereka tidak akan berperilaku
sebaliknya.
c.
Kebutuhan hubungan (need for affiliation) : Hasrat untuk hubungan antar
pribadi yang ramah dan akrab.
Apa yang tercakup dalam teori yang
mengaitkan imbalan dengan prestasi seseorang individu . Menurut model ini,
motivasi seorang individu sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang
bersifat internal maupun eksternal. Termasuk pada faktor internal adalah :
a.
Persepsi seseorang mengenai diri sendiri
b.
Harga diri
c.
Harapan pribadi
d.
Kebutuhaan
e.
Keinginan
f.
Kepuasan kerja
g.
Prestasi kerja yang dihasilkan.
Sedangkan faktor eksternal mempengaruhi
motivasi seseorang, antara lain ialah :
a.
Jenis dan sifat pekerjaan
b.
Kelompok kerja dimana seseorang bergabung
c.
Organisasi tempat bekerja
d.
Situasi lingkungan pada umumnya
e.
Sistem imbalan yang berlaku dan cara penerapannya.
Sumber :
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/06/teori-teori-motivasi/
http://teorionline.wordpress.com/2010/01/25/definisi-motivasi-kerja/
http://tkampus.blogspot.com/2012/04/pengertian-motivasi-dan-teori-teori.html
http://zeincom.wordpress.com/2011/10/23/pkjsk/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar